Minggu, 19 Agustus 2018

Tigadeku, Market Place Online Jasa 3D Karya Mahasiswa ITS


Prototipe menjadi barang yang dibutuhkan, terutama dalam bidang desain. Pasalnya, prototipe merupakan gambaran awal dari sebuah ide sebelum nantinya direalisasikan menjadi produk yang sebenarnya. Melihat hal tersebut sebagai peluang bisnis, empat mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya termotivasi menciptakan Tigadeku, market place online yang menyediakan jasa prototyping, desain, dan scanning tiga dimensi (3D).


Ialah Imam Bagaskara, Dimas Bayu Prihandana, Hamasah Dinillah, dan Surya Pusparina asal Departemen Desain Produk Industri ITS yang menggagas ide tersebut melalui Program Kreativitas Mahasiswa Kewirausahaan (PKM-K). Dengan karya tersebut, tim ini pun lolos untuk bertarung di ajang Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) 2018 di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), akhir Agustus mendatang.

Ketua tim, Imam Bagaskara mengatakan bahwa layanan jasa yang ditawarkan oleh Tigadeku dijual secara terpisah. “Pelanggan dapat memesan jasa desainnya saja, prototipe, scanning, atau juga bisa memesan desain sekaligus prototipenya,” jelasnya.

Untuk pembuatan desainnya sendiri, menurut mahasiswa yang biasa disapa Bagas ini, pelanggan dapat memesan sesuai keinginan dan hasilnya dalam bentuk softfile. “Apabila ingin dibuatkan prototipenya saja, jenis berkas desain dari pelanggan harus dalam bentuk dot ojt (.ojt) atau dot stl (.stl),” tambah Bagas.

Dalam pembuatan prototipe, lanjut Bagas, sebelum dicetak menggunakan alat 3D printer, file desain terlebih dahulu mengalami proses slicing. “Proses tersebut berfungsi untuk mengatur jenis material yang akan digunakan, suhu, skala, ketebalan, penataan tempat dan lain-lain,” urai Bagas lagi.

Produk-produk hasil desain dan prototyping dari Tigadeku
Sementara itu, Hamasah Dinillah, salah satu anggota tim menjelaskan bahwa timnya menggunakan alat 3D printer dengan metode additive manufacturing. “Additive manufacturing merupakan metode dengan penambahan layer-layer sampai akhirnya membentuk benda,” terang mahasiswi angkatan 2014 itu.

Lebih lanjut, Hamasah menyampaikan bahwa pada metode ini, filament sebagai material mentahnya dilelehkan oleh panas yang berasal dari listrik. Kemudian filament tersebut ditarik sesuai koordinat yang diintegrasikan melalui software atau aplikasi pada komputer.

Metode ini dipilih oleh Hamasah dan tim karena material yang digunakan lebih efektif. “Apabila menggunakan metode subtractive, material yang digunakan harus lebih banyak serta sisa dari material yang tak terpakai sudah tidak bisa didaur ulang,” imbuhnya.

Sedangkan untuk proses scanning-nya, tim ini menggunakan alat 3D scanner. Hal yang harus disiapkan dalam proses scanning ini antara lain intensitas cahaya yang cukup, serta tidak adanya penghalang (obstacle) agar mudah untuk mendapatkan gambar objek secara 360 derajat.
Untuk pemasarannya, Tigadeku sudah menggunakan website resminya yaitu 3deku.com dan akun media sosial intagram tigadekoe. Selain menerima pesanan secara online, Tigadeku juga menerima pesanan secara offline atau langsung. Untuk mahasiswa sendiri Tigadeku menyiapkan harga khusus yang lebih terjangkau.

Selain melayani desain dari pelanggan, Tigadeku juga bekerja sama dengan laboratorium Human Center Design ITS untuk membuat desain prosthetic atau alat buatan seperti lengan, kaki yang nantinya akan dibagikan gratis kepada masyarakat.

Bagas juga menyampaikan bahwa jika dibandingkan dengan pemilik jasa prototyping lain, Tigadeku memiliki keunggulan, yakni menyediakan lebih banyak jenis material di antaranya pla, hbs, flx, hips, dan lain-lain. “Jarang sekali ada jasa prototyping yang menyediakan terutama untuk jenis hbs, karena perawatannya yang susah,” ungkapnya.

Sementara itu, guna meningkatkan produktivitas dan memenuhi banyaknya pesanan yang datang, Tigadeku pun menggandeng beberapa pemilik 3D printing lain sebagai mitra kerja. Tim bimbingan Djoko Kuswanto ST ini pun masih berkeinginan untuk terus mengembangkan website Tigadeku agar nantinya bisa diakses oleh desainer 3D untuk dapat berjualan di Tigadeku.

Di akhir, Bagas dan tim pun berharap agar lebih banyak lagi generasi muda yang semakin kreatif  untuk berkarya. “Baik karyanya untuk dikomersilkan atau untuk riset, semoga atmosfer berkarya di Indonesia semakin bagus,” pungkas mahasiswa asal Bojonegoro itu sembari tersenyum. (HUMAS ITS)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar