Senin, 30 April 2012

Malas ??? NO WAY !!!

Hai teman semua, masih bersama Stanley Wijaya dalam website kesayangannya yaitu www.faktakita.com yang akan selalu menemani kalian semua di waktu yang ada. Dalam postingan kali ini, saya akan membahas tentang  berbagai cara yang bisa menjadi alternatif kita ketika terkena rasa malas ketika belajar. Nah, ingin tahu lebih lengkapnya??? Check this out !!!

  Malas adalah penyakit mental. Siapa dihinggapi rasa malas, sukses pasti jauh dari gapaian. Rasa malas diartikan sebagai keengganan seseorang untuk melakukan sesuatu yang seharusnya atau sebaiknya dia lakukan. Masuk dalam keluarga besar rasa malas adalah menolak tugas, tidak disiplin, tidak tekun, rasa sungkan, suka menunda sesuatu, mengalihkan diri dari kewajiban, dan lain-lain. Jika keluarga besar dari rasa malas ini mudah sekali muncul dalam aktivitas sehari-hari kita, maka dijamin kinerja kita akan jauh menurun. Bahkan bisa jadi kita tidak pernah bisa mencapai sesuatu yang lebih baik sebagaimana yang kita inginkan.

  Rasa malas sejatinya merupakan sejenis penyakit mental. Mengapa disebut penyakit mental? Disebut demikian karena akibat buruk dari rasa malas memang sangat merugikan. Siapa pun yang dihinggapi rasa malas akan kacau kinerjanya dan ini jelas-jelas sangat merugikan. Sukses dalam karir, bisnis, dan kehidupan umumnya tidak pernah datang pada orang yang malas. Masyarakat yang dipenuhi oleh individu-individu yang malas tidak jelas tidak akan pernah maju.
  Rasa malas juga menggambarkan hilangnya motivasi seseorang untuk melakukan pekerjaan atau apa yang sesungguhnya dia inginkan. Rasa malas bisa ditanggulangi baik lewat diri pribadi maupun lewat lembaga formalitas.

Baik, langsung saja kita mulai dengan cara menanggulanginya dari diri kita pribadi masing-masing.

1.      Membuat Tujuan


Orang yang malas biasanya tidak memiliki motivasi untuk berkembang ke arah kehidupan yang lebih baik. Sementara orang yang tidak memiliki motivasi biasanya tidak memiliki tujuan-tujuan hidup yang pantas dan layak untuk diraih. Dan orang yang tidak memiliki tujuan-tujuan hidup, biasanya sangat jarang bahkan mungkin tidak pernah menuliskan resolusi atau komitmen-komitmen pencapaian hidup. Di sinilah pangkal persoalannya. Tanpa tujuan, resolusi, atau komitmen-komitmen pencapaian hidup, maka seseorang hanya bergerak secara naluriah dan sangat rentan diombang-ambingkan situasi di sekelilingnya. Posisi seperti ini membuatnya menjadi pasif, menunggu, tergantung pada situasi, dan cenderung menyerah pada nasib. Dalam keadaan seperti ini, tidak akan ada motivasi untuk meraih atau mencapai sesuatu. Tidak adanya sumber-sumber motivasi hidup menyebabkan kemalasan. Supaya motivasi muncul, seseorang harus berani memutuskan tujuan- tujuan hidupnya.
Menurut Andrias Harefa dalam bukunya Agenda Refleksi dan Tindakan Untuk Hidup Yang Lebih Baik (GPU, 2004), dia harus membuat komitmen atas apa saja yang ingin diselesaikan, dicapai, dimiliki, dilakukan, dan dinikmati (disingkat secamilanik). Contoh komitmen; “pada ulang tahun yang ke …. saya sudah harus menyelesaikan buku yang saya tulis, meraih promosi pekerjaan, mencapai gelar S-3, memiliki rumah dan mobil, melakukan sejumlah kunjungan ke mancanegara, dan menikmati kebahagiaan bersama keluarga.”

2.      Mengasah Kemampuan



Orang yang memiliki tujuan-tujuan hidup yang pasti, membuat resolusi dan komitmen-komitmen pencapaian biasanya memiliki motivasi tinggi. Tetapi tujuan yang samar-samar jelas tidak memberikan dampak motivasional yang signifikan.
Nah, akan lebih baik lagi jika tujuan- tujuan dilengkapi dengan aktivitas-aktivitas pembelajaran, seperti mencari cara-cara
yang efisien dan efektif untuk mencapai tujuan- tujuan tersebut. Kita juga perlu sekali mengasah kemampuan atau ketrampilan-ketrampilan supaya langkah-langkah yang diambil itu akan membawa kita pada pencapaian tujuan secara efektif dan efisien.Contoh; jika pada tahun yang sudah ditargetkan kita ingin menjadi konsultan, maka sejak sekarang aktivitas-aktivitas kita sudah harus difokuskan ke arah tujuan tersebut. Kita harus terus mengasah kemampuan mendiagnosa masalah, menemukan penyebab, menganalisis, mengkomunikasikan gagasan, menawarkan solusi, dan memperbaiki kemampuan presentasi. Jika aktivitas-aktivitas pembelajaran itu dilakukan secara konsisten dan dengan komitmen sepenuhnya, maka kita telah berada di jalur yang benar. Aktivitas-aktivitas pembelajaran akan menempatkan kita pada posisi dan lingkungan yang dinamis. Kemampuan kita dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah juga akan meningkat. Dengan sendirinya ini akan semakin memperkuat rasa percaya diri kita, menebalkan komitmen pencapaian tujuan, dan tentu saja menumbuhkan semangat. Sebaliknya, jika kita sama sekali menolak aktivitas-aktivitas pembelajaran, komitmen akan semakin melemah, semangat turun, dan kemalasan akan datang dengan cepat. Pada titik ini, tujuan-tujuan, resolusi atau komitmen yang sudah kita buat sudah tidak memiliki arti lagi. Sayang sekali.

3.      Pergaulan Dinamis

Para pemenang berkumpul dengan sesama pemenang, sementara para pecundang cenderung berkumpul dengan sesama pecundang. Ungkapan tersebut mengandung kebenaran. Sulit sekali bagi seorang pemalas untuk hidup di lingkungan para pemenang. Sulit bagi orang malas untuk berada secara nyaman di tengah-tengah orang yang sangat optimis, sibuk, giat bekerja, dan bersemangat mengejar prestasi. Demikian sebaliknya. Sulit sekali bagi para high achiever untuk betah berlama- lama dengan para orang malas dan pesimistik. Situasi atau lingkungan di mana kita berada sungguh ada pengaruhnya. Orang yang mulai
dihinggapi rasa malas sangat dianjurkan agar menjauhi mereka yang juga mulai diserang kebosanan, putus asa, rasa enggan, apalagi negative thinking. Sepintas, berkeluh kesah dengan mereka dengan orang-orang seperti itu dapat melegakan hati. Ada semacam rasa pelepasan dari belenggu psikologis. Walau demikian, dalam situasi malas sedang menyerang, mendekati orang-orang yang sedang down sama sekali tidak menolong satu sama lain. Rasa malas dan kebuntuan justru bisa tambah menjadi-jadi. Ini bisa menjerumuskan masing-masing pihak pada pesimisme, keputusasaan, dan kemalasan total.
 Jika rasa malas mulai menyerbu kita, jangan berlama-lama duduk berdiam diri. Cara paling ampuh menghilangkan kemalasan adalah bangkit berdiri dan menghampiri orang-orang yang sedang tekun dan bersemangat melakukan sesuatu. Dekati mereka yang sedang bekerja keras untuk meraih impian-impiannya. Manusia-manusia optimis, self- motivated, punya ambisi, positive thinking, dan memiliki tujuan hidup pasti, umumnya memancarkan aura positif kepada apa pun dan siapa pun di sekelilingnya. Pancaran optimisme dan semangat itulah yang bisa menginspirasi orang lain, bahkan menularkan semangat yang sama sehingga orang lain jadi ikut tergerak.

4.      Disiplin Diri



Ada sebuah ungkapan yang sangat dalam maknanya dari Andrie Wongso, Motivator No.1 Indonesia, yang bunyinya; “Jika kita lunak di dalam, maka dunia luar akan keras kepada kita.
 Tapi jika kita keras di dalam, maka dunia luar akan lunak kepada kita”. Kata-kata mutiara yang luar biasa ini menegaskan, bahwa jika kita mau bersikap keras pada diri sendiri, dalam arti menempa rasa disiplin dalam berbagai hal, maka banyak hal akan bisa kita kerjakan dengan baik. Sikap keras pada diri sendiri atau disiplin itulah yang umumnya membawa kesuksesan bagi karir para olahragawan dan pekerja profesional yang memang menuntut sikap disiplin dalam banyak hal. Bayangkan, bagaimana seorang atlet bisa menjadi juara jika dia tidak disiplin berlatih? Bagaimana mungkin ada pekerja profesional yang bagus
karirnya jika dia sering mangkir atau bolos kerja? Sebaliknya, jika kita terlalu lunak atau memanjakan diri sendiri, memelihara kemalasan, mentolerir kinerja buruk, tidak merasa bersalah jika lalai atau gagal dalam tugas, maka dunia luar akan sangat tidak bersahabat. Olahragawan yang manja pasti tidak akan pernah
 jadi juara. Seorang sales yang malas tidak akan pernah besar penjualannya. Seorang konsultan yang menolerir kinerja buruk pasti ditinggalkan kliennya. Dan pekerja yang tidak disiplin pasti mudah jadi sasaran PHK. Jika kita lunak pada diri sendiri, maka dunia akan keras pada kita.
Rasa malas jelas merugikan. Obat mujarabnya adalah menumbuhkan kebiasaan mendisiplinkan diri dan menjaga kebiasaan positif tersebut. Sekalipun seseorang memiliki cita-cita atau impian yang besar, jika kemalasannya mudah muncul, maka cita-cita atau impian besar itu akan tetap tinggal di alam impian. Jadi, kalau Anda ingin sukses, jangan mempermudah munculnya rasa malas.

5.      Dengarkan Musik


Mungkin jika kiat-kiat di atas sudah kalian lakukan semua namun kurang optimal, kalian harus berusaha menambahnya dengan kiat-kiat yang kalian suka. Sebagai contoh, jika kalian suka belajar dengan diiringi iringan musik, kalian bisa memakai opsi ini. Musik dapat menambah ketenangan bagi pendengarnya. Tapi jika kalian tidak bisa belajar dengan diiringi iringan musik, jangan pernah coba-coba kiat ini. Karena jika kalian tidak bisa mengendalikan diri, kalian malah mendominasi mendengarkan musik daripada belajarnya.
Mungkin itu 5 kiat yang bisa dilakukan di dalam diri kalian masing-masing. Setelah melakukan kiat di dalam pribadi masing-masing, alangkah baiknya lemnbaga formalitas juga mendukungnya dengan memberikan alternatif pembelajaran supaya dapat mengatasi rasa malas ketika belajar.

Mungkin tips berikut dapat dipertimbangkan untuk lembaga formal
seperti sekolah.

1.      Mengadakan Kelas Outdoor



Kelas outdoor bisa menjadi pertimbangan bagi sekolah-sekolah. Situasi belajar mengajar di dalam ruangan kadang dapat membuat para siswa jenuh. Maka dari itu perlu diadakannya sekolah outdoor, supaya para siswa juga dapat melihat alam sekitar serta refreshing sambil belajar. Tekhnik tersebut pasti dapat mempercepat proses belajar siswa.

2.      Menjalin Kerja Sama Beasiswa dengan Luar Negeri



Beasiswa sepertinya dapat menjadi pendongkrak siswa untuk terus belajar. Seperti SMA Negeri 1 Magetan, sekolah ini setiap tahunnya mengadakan dan juga mengikuti beasiswa ke luar negeri. Baru-baru ini, 7 wakil dari sekolah negeri ini pulang ke Indonesia setelah menyelesaikan beasiswanya di Australia. Setelah kepulangan 7 siswa ini, siswa yang lainnya semakin termotivasi sehingga dapat mengalahkan rasa malasnya masing-masing.



Beberapa bulan berselang, sekolah ini juga mengadakan pertukaran pelajar dengan siswi dari negara Jepang. Siswi ini bernama “Kanako Sugano”. Kedatangan siswi dari negara maju tersebut menjadi kebangkitan siswa-siswi SMA Negeri 1 Magetan ini. Kanako yang juga mengikuti kegiatan belajar mengajar di kelas-kelas semakin membuat tingkat persaingan dalam kelas semakin tinggi. Pastinya semua itu diimbangi dengan belajar yang tekun supaya tetap menjaga tingkat persaingan tersebut.

3.      Memberikan Inovasi Project Baru kepada Anak Didik



Memberikan project juga menjadi alternatif untuk mengatasi rasa malas ketika belajar. Pembelajaran yang dilakukan di sekolah setelah itu diberikan PR setumpuk menjadi momok bagi siswa. Dengan adanya inovasi baru seperti pembuatan film yang bertemakan bab selanjutnya, akan membuat siswa tertarik untuk belajar. Baik belajar bab selanjutnya, maupun belajar mengatru waktu, diri, dan sebagainya.

Mungkin itu yang baru dapat sampaikan, bila ada kurangnya saya minta maaf. 
Bila ada lebihnya itu merupakan anugerah dari Yang Maha Kuasa. 
Terima Kasih.

4 komentar: