Jumat, 15 Maret 2013

Renungan Harian Katolik 3-10 Maret 2013

Kel 3:1-8.13-15; Mzm 103; 1Kor 10:1-6.10-12, Luk 13:1-9
            Bicara soal nasib dan takdir masih ada perdebatan. Apakah nasib dan takdir itu garis dari Tuhan ataukah hasil dari perjuangan kita? Benar bahwa awalnya Tuhan merancang perkara-perkara besar bagi kita. Namun dalam perjalanan waktu keadaan kita berubah, bahkan yang sering kali membuat nasib atau takdir hidup kita tak baik adalah diri kita. Firman Allah minggu prapaskah ketiga ini bagaimana kita memulihkan nasib kita di kemudian hari.

            Pertama, Kita belajar dari Musa, bahwa nasib ditentukan bukan banyaknya materi, benda, hal-hal yang kita miiliki melainkan oleh jalan merendahkan diri mau diutus oleh Tuhan. Kerendahan hati adalah jalan memulihkan nasib dan takdir kita.
            Kedua Bila kita belajar dari Injil hari ini keburukan dan keadaan hidup kadang tidak ada sangkut pautnya dengan dosa melainkan ketidakmampuan kita untuk berperang, ketidaksiapan kita untuk belajar, atau karena kemalasan dan karakter yang tidak baik dalam diri kita alias kita tak mau bertobat. Sehingga itu semua mempengaruhi nasib dan takdir kita. Kita tak siap menghadapi “mata pelajaran baru” (pendidikan) yang Tuhan mau kasih.
            Ketiga, Belajar dari bacaan kedua, surat korintus bahwa kehidupan bangsa Israel di padang gurun adalah sebuah peringatan rohani bagi hidup kita. Kita mesti memanfaatkan kegagalan sebagai peluang yang Tuhan buka. Jangan sampai kita gagal mengerti rencana Allah untuk hidup kita. Oleh karena itu, taatilaj perintah Allah, belajar merendahkan diri, tunduk pada ajaranNya dan mau diproses, maka Tuhan akan memberikan kekuatan kita untuk bangkit dan menikmati hidup berkelimpahan. Nasib dan takdir hidup kita justru ditentukan saat kita mau bekerja sama dengan Allah.

­­­Senin, 2 Raja 5:1-15a; Mzm 42; Luk 4:24-30
Kesombongan, tak menghargai, merendahkan orang menjadi alasan mengapa rahmat dan berkat Allah tak hadir dalam hidup kita. Hanya imanlah yang membuat mukjizat itu hadir dalam hidup kita.
Selasa, Daniel 3:25.34-43; Mzm 25; Mat 18:21-35
Pengampunan itu tak ada batasnya, bukan tergantung banyaknya kita memaafkan. Tetapi lebih terarah pada hati yang penuh belaskasih. Belaskasih dan ampun membuat orang bertobat, sebaliknya dendam, menghantar pada kehancuran dan kejahatan lainnya.
Rabu, Ul 4:1,5-9, Mzm 147; Mat 5:17-19
Melaksanakan hukum dan perintah Tuhan dengan ketaatan membawa hidup kita bahagia. Sebab hukum dan perintah Tuhan sesuai dengan kehendak Allah, namun jika menyimpang, hidup kita menuai bencana. Jadi waspadalah. Taati perintah Tuhan dengan cinta.
Kamis, Yer 7:23-28; Mzm 95; Luk 11:14-23
Apa ciri orang dirasuk oleh Setan? Selalu membuat orang menderita, memecah belah, tak mencintai kebenaran dan selalu berbuat dosa dan kebohongan.
Jumat, Hos 14:2-10; Mzm 81; Mrk 12:28b-34
Tuhan menunjukkan apa yang paling penting dari hidup ini yakni mencintai Allah dan mencintai sesama. Keduanya diperlukan untuk memasuki Kerajaan Allah.
Sabtu, Hos 6:1-6; Mzm 51; Luk 18:9-14
Apa yang Allah mau dari diri kita? Bukan kurban bakaran, ibadat lahiriah sebuah kesalehan palsu melainkan cinta kasih, tobat, kerendahan hati. Dengan mengakui kelemahan, rahmat Allah menyempurnakan.
Minggu, Yos 5:9a, 10-12; Mzm 34; 2Kor 5:17-21;
Luk 15:1,3,11-32 (Minggu Prapaskah IV)
Tobat itulah yang dijalani anak yang hilang. Dosa telah membuatnya jauh dari Allah, hidup dalam kelaparan dan kemelaratan rohani, hanya dengan kembali pada Allah, menyesali dosa, kita memnbaharui diri untuk meninggalkan dosa, makin setia padaNya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar