Selasa, 03 Januari 2012

Adat Batak dan Ajaran Katolik

 Usai acara kumpul bersama dengan keluarga di Tahun Baru 2012 ini ada beberapa hal yg menjadi perbincangan menarik di keluargaku Mengenai Adat batak, kembali aku ingat hobby lamaku suka menulis dan beropini semenjak dari masa masa SMA dulu di seminari hingga memasuki masa masa Novisiat sebagai seorang Frater kapusin di parapat sumatera utara.
 ada beberapa hal yg berkaitan yg memenuhi hatiku hingga menyebabkan opini ini kutuliskan.


 Upacara adat Batak merupakan struktur masyarakat Batak yang disusun dengan prinsip Dalihan Na Tolu (Toba), Sangke, yang arti hurufiahnya “tungku yang berkaki tiga”. Prinsip ini membagi status dan peranan seseorang dalam tiga bahagian, yaitu: Hulahula (pihak pemberi gadis), Dongan Sabutuha (teman seperut/semarga), dan Boru (pihak penerima gadis). Pada masyarakat Karo disebut Kalimbubu, Senina, dan Berru. Hubungan dalam Dalihan Na Tolu ditata dalam suatu falsafah: “Somba marhulahula, elek marboru, manat mardongan tubu” (Bersembah kepada Hulahula, berhati-hati kepada teman semarga, membujuk, melindungi, mengayomi Boru).

 Sejalan dengan itu, DR. Annicetus Sinaga,(DULU NYA USKUP SIBOLGA) dalam artikelnya pada majalah “Dalihan Natolu” yang berjudul “Dalihan Na Tolu dijamin oleh Dewata Benua Atas” menjelaskan bahwa falsafah Dalihan Na Tolu didasarkan pada keyakinan religius Batak pada masa Hasipelebeguon. Struktur Dalihan Na Tolu menggambarkan hubungan 3 roh dewa sembahan leluhur yaitu Batara Guru, Mangala Sori (Bala Sori), dan Mangala Bulan (Bala Bulan).
 Dengan demikian, Dalihan Na Tolu merupakan tatanan rohani yang dimulai dari dunia atas (banua ginjang) dan harus diberlakukan di bumi.

 DULUNYA LELUHUR ORANG-ORANG BATAK SEBELUM masuk nya AGAMA , apabila terjadi Pelanggaran struktur ini merupakan pelanggaran terhadap ketetapan Debata Mulajadi Na Bolon, dan merusakkan keseimbangan antara alam makrokosmos dengan alam mikrokosmos. Karena itu, pelanggaran ini akan mendapatkan sanksi dari debata sendiri. Ketakutan akan hukuman Debata Mulajadi Na Bolon ini tertanam di hati orang Batak sehingga mereka tetap berupaya mempertahankan keberadaan upacara adat Batak.

 Struktur Dalihan Na Tolu merupakan proyeksi dari eksistensi ketiga dewa sembahan leluhur Batak yang ada di dunia atas (banua ginjang). Manusia sebagai pelaku upacara adat adalah sarana yang dijadikan untuk memproyeksikan eksistensi dan peranan roh sembahannya. Selama upacara adat Batak dilakukan terlalu berlebihan, kaku, dan keras, ketiga dewa tersebut tetap mendapat tempat untuk diproyeksikan eksistensinya dalam kehidupan bangsa Batak

 Tanda itu merupakan dasar rohani yang kokoh bagi iblis untuk mengklaim kepemilikannya atas orang Batak YANG TIDAK SADAR. Karena itu, kehadiran roh sembahan leluhur dalam hidup setiap orang Batak, merupakan pengambil -alihan posisi TUHAN dalam hidup manusia. sampai sekarang masih ada istilah (sorop opung ni si A, Sorangan ni opung si B dll)<< maksud nya para roh roh leluhur bisa dipanggil untuk mengobati. ini masih banyak terjadi pada masyarakat batak hingga saat ini.( Jelas ini salah dalam ajaran Gereja)

 Alkitab menegaskan bahwa setiap orang yang percaya kepada Yesus adalah milik TUHAN. Tanda meterai kepemilikan Tuhan diberikan dalam bentuk kehadiran Roh Kudus di dalam hatinya.

 ”Di dalam Dia (Yesus) kamu juga, karena kamu telah mendengar firman kebenaran, yaitu Injil keselamatanmu – di dalam Dia kamu juga, ketika kamu percaya, dimeteraikan dengan Roh Kudus, yang dijanjikan-Nya itu. Dan Roh Kudus itu adalah jaminan bagian kita sampai kita memperoleh seluruhnya, yaitu penebusan yang menjadikan kita milik Tuhan, untuk memuji kemuliaan-Nya”. (Efesus 1:13)

 Roh Kudus adalah roh yang lemah lembut yang tidak pernah mau memaksakan kehadiran dan keinginannya kepada manusia. Roh Kudus juga amat peka akan kekerasan hati manusia untuk tetap menerima kehadiran roh-roh lain di luar diri-Nya. Dia tidak pernah mau menerima sikap hati yang menduakan Tuhan di hati manusia. Kalau manusia bersikeras untuk melakukannya juga, walaupun sudah diperingatkan-Nya, maka Ia segera akan mengundurkan diri secara diam-diam, sama seperti kemuliaan TUHAN yang meninggalkan bait TUHAN di Yerusalem.

 Kehadiran roh sembahan leluhur yg menguasai sebagian orang BATAK DENGAN FANATISME BERLEBIHAN itulah yang akan mendorong seseorang dari dalam hatinya untuk kembali dan terus melakukan berbagai upacara adat BATAK yang KAKU. Dengan demikian terjadi penguatan ikatan rohani dengan roh itu. Penguatan ini akan menjadi suatu belenggu kuat iblis untuk mengendalikan pribadi dan tingkah laku orang Batak.

 Kehadiran roh inilah yang akan membuat seseorang akan menjadi marah dan kalap ketika masalah upacara adat ini tidak terpenuhi, terjadi PARANG-PARANGAN Saat sang Tulang tidak mendapat JAMBAR(jatah dalam suatu pesta adat). Terjadi penghinaan bila seseorang tidak pernah aktif dalam PUNGUAN(perkumpulan orang - orang batak) dan banyak lagi yg menjamur di masyarakat batak saat ini. Tingkah laku dan ucapannya segera akan menjadi tidak terkontrol. Dari mulutnya akan keluar kalimat-kalimat yang memaki, menghina, mengutuk, kasar, dan kotor yang tidak sepatutnya diucapkan oleh seorang Kristen.Mereka akan sangat marah dan dibenci terhadap orang-orang yang tidak mau lagi melakukan upacara adat.(kebanyakan akn bersikap menghakimi)

 Dalam pernikahan, berapa banyak orang tua Batak yang mengeraskan hati untuk tidak hadir dalam pernikahan anaknya, karena tidak dilangsungkan upacara ADAT Batak. Kasih mereka akan Tuhan dan anaknya segera sirna, ketika adat itu diabaikan. Mereka mengabaikan tanggung jawab sebagai orang tua dihadapan Tuhan untuk membawa anak mereka ke hadapan Tuhan dan menjadi saksi pernikahan kudus itu. Tuhan tidak pernah menyuruh orang tua untuk menikahkan anaknya HARUS DENGAN ADAT BATAK. BANYAK ORANG BATAK Mereka lebih mencintai adat Batak jauh melebihi Yesus Kristus. Padahal mereka tahu hukum Tuhan yang terutama:

 “Kasihilah Tuhan, Bapamu, dengan segenap hatimu, dan dengan segenap jiwamu, dan dengan segenap akal budimu”. (Matius 22:37)

 mungkin beberapa teman teman muda punya pengalaman akan hal ini, orang batak kebanyakan akan sulit menerima pernikahan jika berbeda dari suku nya. kebanyakan bahkan pihak dari suku lain akan diberi marga marga batak.

 Seorang Ibu menceritakan pengalamannya ketika Orangtua nya meninggal dunia. karna tidak Punya UANG UNTUK mengadakan upacara batak (SAOR MATUA) dia dan keluarganya bersepakat untuk tidak menguburkan orangtuanya tadi secara adat, cukup dengan upacara gereja. Akibatnya, kaum keluarga mereka yang ada di kampung itu menjadi marah, dan tidak mau ambil bagian dalam penguburan. Beberapa orang Justru mengata ngatai, gosip dan mengatakan yg tidak tidak tentang kematian anggota keluarga yang kemalangan itu

 banyak lagi kisah tentang adat batak yg tercinta ini yg terkadang sedikit bertentangan dan bersifat kaku.
 namun opini saya ini bukanlah suatu Kesimpulan bahwa saya membenci ADAT BATAK.karna saya juga murni orang batak.

 Adat bukan lah DOSA. Tapi SIKAP manusia yang menghayati nya yg dapat menimbulkan dosa. karena Gereja Katolik Juga mengakui dan menerima adanya sebuah INKULTURASI.

 Lukas berkata : “Kalau begitu berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah!”

 lewat opini ini saya berharap, kita orang batak hendak nya lebih memahami makna dari ADAT itu sendiri. dan bagi yg Bukan orang batak bisa mengerti bagaimana sebenarnya Adat batak itu. Barangkali ada teman atau pacar nya yg Batak.Thanks all. Semoga tulisan ini menambah wawasan bagi kita semua. Tuhan memberkati.

By : Yohanes Sephani
Edited by : www.faktakita.com

2 komentar:

  1. kenapa ada segelintir orang yang mempunyai sifat negatif yang di tuduh langsung adatnya? atau tradisinya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Karena orang yang menuduh itu tidak pernah mau tahu akan tradisi yang sebenarnya,
      asal tuduh padahal tidak tahu.
      Banyak omong padahal ga tau (tong kosong nyaring bunyinya)

      Hapus