Rabu, 04 Januari 2012

Gadis Pemanjat Atap

Wusssshhh…!

Angin kencang meniup atap rumah panggung yang menjadi tempatku berteduh.

“Teh, bocor! Aduuh... basah…”

Seiring teriakan Emak, terdengar bunyi seng yang menjadi penutup sambungan atap rumah terlepas. Sontak air hujan bagaikan dikucurkan dari langit. Tumpah membasahi tikar yang ditiduri Emak di bawahnya.


“Sengnya terbang ditiup angin, Teh. Jangan-jangan rumah kita bakal roboh?” disaat panik memindahkan Emak bersama tikarnya ke dekat pintu, hatiku semakin kacau mendengar ucapan Emak.

“Tenang. Sabar, Mak. Semua masih bisa diatasi,” aku berusaha memberikan ketenangan pada Emak lewat senyum yang sejujurnya terpaksa kuumbar.

Setelah memastikan Emak tak kena basah, aku berlari ke luar menantang hujan.

Tampak seng yang tertiup angin itu tersangkut di atap rumah Mang Adin. Tanpa pikir panjang, aku naik pohon jambu terdekat dan berusaha menariknya. Setelah dapat, meski sangat berat aku bawa naik seng itu dengan susah payah kembali ke atap rumah.

“Jangan, Teh. Gadis Emak satu-satunya, bahaya…”

Aku tak lagi mempedulikan suara Emak. Kesehatannya lebih utama. Bagaimana mungkin Emak akan segera sembuh jika istirahatnya terganggu? Sudah tempatnya alakadarnya, hanya beralas tikar dan selembar kain sarung, kini harus kedinginan --kena cipratan air hujan-- pula karena atap bocor tertiup angin besar.

“Turun! Turun, Teh. Apa kata tetangga anak gadis Emak betulin atap?”

“Hampir selesai, Mak,” diantara gelegar petir dan derasnya hujan aku berteriak supaya Emak percaya kalau aku mampu memperbaiki atap rumah yang bocor itu.

Setelah susah payah, basah kuyup hingga mengigil, akhirnya air hujan itu tak lagi masuk rumah.

“Rasanya seperti tak percaya dulu Emak menyaksikan sendiri semua itu ya, Teh…”

Aku tersenyum memeluk Emak. Terkenang peristiwa terindah bersamanya 14 tahun lalu. Kenangan yang tak akan terlupa seumur hidup saat susah bersama Emak tercinta. Alhamdulillah, Emak sekarang sehat dan tak sekali pun atap rumah terlepas meski hujan begitu lebat.


Biodata Singkat Penulis

Lina Li, mojang priangan kelahiran Bandung, 18 Oktober dengan nama lengkap Okti Lilis Linawati. Anak pertama dari dua bersaudara ini memakai nama Okti Li (阿姨李) sebagai nama penanya. Senang menulis dan membaca sejak kecil. Kembali belajar menulis melalui situs jejaring sosial yang sedang membuming. Sering mengikuti lomba walau tak pernah menang. Tak masalah karena menurutnya ajang itu diibaratkan sebagai tempatnya latihan dan pembelajaran.

***************************************************

Event HARI IBU WR 2011: FTS Kenangan Terindah Bersama Ibu

By : Lina Li
Edited by : www.faktakita.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar